Ilham - Call / WA +6281267 45797...........

2 Pakaian Adat Sumbar, Penghulu dan Bunda Kandung Lengkap dengan Filosofinya
 
Pakaian adat Minangkabau (Sumbar)

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kebudayaan yang kaya dan unik. Salah satu aspek kebudayaan yang menarik untuk diketahui adalah pakaian adat tradisionalnya.

Pakaian adat Sumatera Barat memiliki ciri khas yang tampak mewah, kain tenun, dan melibatkan emas. Pakaian adat Sumatera Barat juga memiliki filosofi dan makna yang mendalam, yang mencerminkan karakter dan identitas masyarakatnya.

Berikut ini dua jenis pakaian adat Sumatera Barat yang sering digunakan dalam acara-acara adat, yaitu pakaian penghulu dan pakaian bunda kandung (bundo kanduang).

Menurut buku Pakaian Adat Tradisional Daerah Sumatera Barat terbitan Kemdikbud, pakaian penghulu dan bunda kandung mempunyai bermacam-macam variasi pada beberapa daerah tertentu. Namun demikian, pada hakikatnya pakaian adat tersebut merupakan kesatuan dan bervariasi hanya pada bagian-bagian tertentu saja.
 
Pakaian Penghulu
Pakaian penghulu adalah pakaian adat yang digunakan oleh laki-laki Sumatera Barat, khususnya yang berperan sebagai pemimpin adat atau penghulu. Dalam masyarakat Minangkabau, seorang penghulu memegang peranan yang sangat penting.

Penghulu merupakan pimpinan kaumnya, orang yang mengatur sanak keluarga yang terhimpun dalam kaum tersebut. Karena itulah seorang penghulu di Minangkabau mempunyai pakaian kebesaran yakni pakaian adat penghulu.
 
5 Filosofi Pakaian Penghulu
 
1. Baju hitam longgar
Seorang penghulu umumnya memakai baju hitam longgar. Artinya baju tersebut berukuran agak besar dengan lengan lapang pula. Bahannya terbuat dari beledru atau shaten dengan benang emas sebagai ukiran.

Baju hitam penghulu ini melambangkan keterbukaan pemimpinan dan kelapangan dadanya menerima segala umpat-puji sepanjang hari dari masyarakat.
 
2. Sarawa (Celana)
Berikutnya, baju penghulu tersebut disandingkan dengan sarawa, yakni celana lapang. Celana ini juga berwarna hitam dan berukuran besar dengan bahan yang sama dengan bajunya.

Celana lapang ini melambangkan langkah yang tepat untuk menjaga segala kemungkinan musuh yang datang tiba-tiba. 
 
3. Cawek (Ikat Pinggang)
Setelah celana dan baju dipakai, maka pada pinggang penghulu diikat dengan cawek yang artinya ikat pinggang. lkat pinggang ini terbuat dari kain sutera dan dilengkapi dengan jumbai (bajambua alai).

Tujuan pemakaian cawek tersebut adalah supaya seorang penghulu kokoh luar dan dalam. Hal ini melambangkan yang liar jangan sampai terbang, dan yang jinak supaya tetap tenang.

Kemudian, ini juga menjadi simbol pengingat bahwa segala sesuatu itu harus dengan diselesaikan dengan berunding. Penghulu tidak boleh menjadi hakim sendiri.
 
4. Kain Kaciak (Kain Sandang)
Pemakaian kain sandang yang terbuat dari kain cindai, melambangkan kebesaran seorang penghulu. Kain ini dianggap menjadi simbol kunci penyimpan kekayaan dan pembuka untuk bersedekah. 
 
5. Keris
Pada pinggang seorang penghulu diselipkan pula sebuah keris dengan hulu keris harus menghadap ke kiri. Pemakaian keris ini melambangkan keberanian, tetapi tidak bermaksud menghadang musuh, melainkan untuk menjadi hakim.

Pemakaian keris yang dimiringkan ke kiri dimaksudkan agar penghulu berpikir dahulu secara dalam sebelum mencabut keris itu.

Untuk mencabut keris itu, harus diputar terlebih dahulu ke arah kanan, baru bisa dicabut. Waktu memutar keris ke kanan inilah diharapkan akan timbul suatu kedamaian/kesabaran dalam diri pemakainya. 
 
Pakaian Bunda Kandung (Bundo Kanduang)
Seorang wanita yang diangkat sebagai bunda kandung, merupakan orang yang memegang peranan pula dalam masyarakat Sumatera Barat, khususnya suku Minangkabau. Tidak seluruh wanita merupakan bunda kandung.

Orang yang dijadikan bunda kandung dianggap sebagai wanita yang bijaksana, orang yang kata-katanya di dengar, menjadi tempat bertanya dan tempat berberita. Wanita ini juga merupakan peti ambon puruak, yang artinya merupakan tempat menyimpan atau pemegang harta pusaka sukunya.
 
5 Filosofi Pakaian Bunda Kandung 
 
1. Tengkuluk Ikek (Tengkuluk Tanduk)
Bagian kepala seorang wanita yang telah diangkat sebagai bunda kandung pada upacara-upacara adat akan ditutup dengan tengkuluk ikek atau tengkuluk tanduk.

Tengkuluk ini berbahan dasar kain balapak tenunan Pandai Sikat Padang Panjang. Bentuk tengkuluk ini seperti tanduk kerbau yang kedua ujungnya runcing ditutup dengan yang sebelah kiri, sedangkan ujung sebelah kanan dibiarkan jatuh di atas bahu.

Kedua ujung tengkuluk ini memakai rumbai yang terbuat dari emas atau loyang sepuhan. Sedangkan bagian atas kepala berbentuk datar yang melambangkan bahwa dalam memutuskan sesuatu haruslah dengan musyawarah dan hasilnya harus datar atau adil.

Secara keseluruhan, tengkuluk tanduk ini melambangkan rumah gadang (besar) atau rumah adat Minangkabau, karena anggota masyarakat beranggapan bahwa rumah adat itu adalah milik kaum wanita atau kaum ibu. 
 
2. Baju Kurung
Busana bunda kandung umumnya terdiri dari baju kurung yang berwarna hitam, merah, biru, atau lembayung. Bahan baju kurung ini dihiasi dengan benang emas.

Di pinggir lengan kiri dari kanan serta pinggir bagian bawah baju kurung ini diberi minsia atau jahitan tepi dengan benang emas.

Baju kurung ini mempunyai fungsi sosial dan estetis. Jahitan pinggir atau minsia melambangkan demokrasi yang luas di Minangkabau, tetapi berada pada batas-batas tertentu di lingkungan alur dan patut. 
 
3. Salempang atau Selendang
Setelah baju dipakai, maka di atas bahu kanan dipakaikan salempang atau selendang. Bahan salempang atau selendang ini merupakan kain balapak hasil tenunan Pandai Sikat Padang Panjang.

Salempang ini melambangkan tanggung jawab yang harus dipikul oleh bunda kandung dalam melanjutkan keturunan. Tanggung jawab di rumah tangga dan tanggung jawab dalam masyarakat terpikul di bahu bunda kandung.
 
4. Kodek atau Kain Sarung
Pada bagian bawah, bunda kandung memakai kodek atau kain sarung sampai ke mata kaki. Kain sarung ini adalah kain balapak bersulam benang emas, tenunan Pandai Sikat juga. Kain sarung ini melambangkan bahwa segala sesuatu diletakkan pada tempatnya, jika memakan haruslah habis-habis dan menyuruk atau bersembunyi haruslah hilang-hilang.
 
5. Perhiasan
Bunda kandung mengenakan bermacam perhiasan sebagai pelengkap pakaiannya, di antaranya adalah: Subang atau anting-anting yang terbuat dari emas dengan fungsi estetis.
Kalung bunda kandung terdiri dari beberapa macam yaitu: kalung kuda, kalung paniaram dengan rumah adat. Kalung-kalung ini juga memiliki fungsi sosial dan fungsi estetis. Pemakaian kalung ini, melambangkan bahwa kebenaran itu akan tetap berdiri dengan teguh, karena leher adalah lambang kebenaran yang dilingkari dengan kalung emas.
Gelang yang dipakai bunda kandung adalah gelang gadang (besar), gelang rago-rago dan gelang kunci manik yang berfungsi sosial dan estetis pula. Pemakaian gelang oleh bunda kandung tersebut melambangkan bahwa semua yang dikerjakan harus dalam batas-batas kemampuan. Hal ini dilambangkan dengan jangkauan tangan, bila terlampau jangkau, akan tersangkut oleh gelang.

Nah itu dia penjelasan tentang pakaian penghulu dan pakaian bunda kandung yang merupakan pakaian adat Sumatera Barat. Semoga bermanfaat ya!

Artikel ini ditulis Evelyn Shinta
 

 
Ikon Komputer, Simbol, Jari Telunjuk gambar png