Warna Marawa Minangkabau Mirip Bendera Jerman?
Ini Alasannya
Marawa adalah simbol Minangkabau. Tersusun dari warna hitam, merah dan kuning, Marawa disebut mirip dengan bendera Jerman. Marawa ini merupakan simbol kebesaran Minangkabau. Kendati demikian, tidak ada yang tahu sejak kapan triwarna itu dipakai sebagai simbol Minang.
Namun yang pasti, menurut catatan sejarah, warna pada Marawa pertama kali dipakai pada saat berdirinya Kerajaan Pagaruyung tahun 1347. Dari Pagaruyung, bendera tersebut kemudian juga dipakai oleh kerajaan-kerajan lain yang berada di tanah Minang, salah satunya Kerajaan Inderapura.
Lantaran digunakan oleh kerajaan lain, kemudian lahirlah istilah Konfederasi Minangkabau. Demikianlah yang tertulis dalam Manifestation of Minangkabau Cultural Identity through Public Engagement in Virtual.
Catatan jurnal tersebut ditulis oleh Franzia, Elda Piliang, Yasraf A. Saidi, dan Acep I pada 20 Mei 2015 lalu. Namun, Konfederasi Minangkabau tidak hanya menggunakan bendera marawa saja, tapi ada bendera lain yang warnanya hampir mirip.
Bendera kedua tersebut berwarma hitam, emas, putih dan merah yang melambangkan bendera Basa Alam Minangkabau. Adapun terkait warna tersebut, tertulis buku Kajian Masyarakat Indonesia & Multikulturalisme Berbasis Kearifan Lokal.
Dalam buku itu dijelaskan bahwa itu merupakan warna yang menggambarkan tiga luhak yang mendirikan bumi Minangkabau. Warna hitam melambangkan Luak Limo Puluh (daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh).
Kemudian merah melambangkan Luak Agam (Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Kota Padang). Lalu warna emas atau kuning melambangkan Luak Tanah Data (Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya).
Selain melambangkan alam, setiap warna juga melambangkan nilai-nilai budaya utama.
Nilai Budaya
Hal itu diungkapkan oleh mantan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, M Sayuti Dt Rajo Panghulu. Ia menjelaskan, warna hitam bagi masyarakat Minangkabau memiliki makna keabadian, atau disebut tahan tampo (tahan tempa).
Kemudian merah melambangkan berani dan tahan uji, sementara warna emas melambangkan keagungan, cemerlang, dan bersinar. “Dalam adat Minangkabau, ketiga warna ini juga melambangkan Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan,” katanya.
Adapun ketiga tungku tersebut yaitu ninik mamak, cerdik pandai, dan alim ulama. “Ninik mamak dilambangkan dengan warna hitam, cerdik pandai dengan warna merah, dan alim ulama dengan warna emas,” KATASUMBAR
Namun yang pasti, menurut catatan sejarah, warna pada Marawa pertama kali dipakai pada saat berdirinya Kerajaan Pagaruyung tahun 1347. Dari Pagaruyung, bendera tersebut kemudian juga dipakai oleh kerajaan-kerajan lain yang berada di tanah Minang, salah satunya Kerajaan Inderapura.
Lantaran digunakan oleh kerajaan lain, kemudian lahirlah istilah Konfederasi Minangkabau. Demikianlah yang tertulis dalam Manifestation of Minangkabau Cultural Identity through Public Engagement in Virtual.
Catatan jurnal tersebut ditulis oleh Franzia, Elda Piliang, Yasraf A. Saidi, dan Acep I pada 20 Mei 2015 lalu. Namun, Konfederasi Minangkabau tidak hanya menggunakan bendera marawa saja, tapi ada bendera lain yang warnanya hampir mirip.
Bendera kedua tersebut berwarma hitam, emas, putih dan merah yang melambangkan bendera Basa Alam Minangkabau. Adapun terkait warna tersebut, tertulis buku Kajian Masyarakat Indonesia & Multikulturalisme Berbasis Kearifan Lokal.
Dalam buku itu dijelaskan bahwa itu merupakan warna yang menggambarkan tiga luhak yang mendirikan bumi Minangkabau. Warna hitam melambangkan Luak Limo Puluh (daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh).
Kemudian merah melambangkan Luak Agam (Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Kota Padang). Lalu warna emas atau kuning melambangkan Luak Tanah Data (Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya).
Selain melambangkan alam, setiap warna juga melambangkan nilai-nilai budaya utama.
Nilai Budaya
Hal itu diungkapkan oleh mantan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, M Sayuti Dt Rajo Panghulu. Ia menjelaskan, warna hitam bagi masyarakat Minangkabau memiliki makna keabadian, atau disebut tahan tampo (tahan tempa).
Kemudian merah melambangkan berani dan tahan uji, sementara warna emas melambangkan keagungan, cemerlang, dan bersinar. “Dalam adat Minangkabau, ketiga warna ini juga melambangkan Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan,” katanya.
Adapun ketiga tungku tersebut yaitu ninik mamak, cerdik pandai, dan alim ulama. “Ninik mamak dilambangkan dengan warna hitam, cerdik pandai dengan warna merah, dan alim ulama dengan warna emas,” KATASUMBAR
